Pembelajaran Personal (Personalized Learning) dalam kaitannya dengan Pembelajaran abad 21 – Sebuah Opini


pic : https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/a7/f5/0d/a7f50dc1ddb322492400fb7358b6bc5e.jpg

Belajar dan kurikulum, 2 hal yang tidak bisa dipisahkan, semenjak kita TK, SD sampai perguruan tinggi, cara belajar kita dipengaruhi oleh kurikulum yang tanpa kita sadari menjadi patokan kita dalam belajar, harus ini harus itu harus begini harus begitu, ya kira-kira begitulah paling tidak itu yang saya alami ketika belajar khususnya ketika di sekolah. Masa Sekolah Dasa banyak dihabiskan dengan mendengarkan dan menulis apa yang ada dipapan tulis, kasihan sekali jika siswa yang disuruh nulis (biasanya sekretaris kelas) teks dibuku untuk disalin dipapan tulis kemudian siswa lainnya pun menulis dibuku masing-masing, ya ini ada sedikit banyaknya dipengaruhi oleh kurikulum juga yang pada waktu itu dikenal dengan nama CBSA atau Cara Belajar Siswa Aktif. Tujuan dari kurikulum tersebut memang bagus tapi dalam praktiknya malah bergeser menjadikan siswa sebagai penurut saja. Menurut saya pada waktu itu talenta siswa menjadi mubazir, kenapa? ya karena tidak dikembangkan dan siswa dianggap sama semua sehingga aktivitas yang ada pun sama dan begitu-begitu saja, aktivitas siswa tentu bukan hanya mendengarkan dan menulis saja, setidaknya ada 8 kelompok kegiatan belajar seperti yang dikemukakan oleh Paul B. Diedrich, yakni :

  1. Kegiatan Visual, seperti membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi percobaan, dll.
  2. Kegiatan Lisan, seperti bertanya, mengeluarkan pendapat, diskusi, pidato, dll.
  3. Kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan radio, musik, dll.
  4. Kegiatan Menulis, seperti membuat catatan, laporan, menyalin, dll.
  5. Kegiatan Menggambar
  6. Kegiatan Motorik, kegiatan ini menekankan pada aktivitas siswa secara fisik, seperti bermain, berkebun, dll.
  7. Kegiatan Mental, Seperti menanggapi, memecahkan soal, menganalisis, dll.
  8. Kegiatan Emosional

Hal diatas juga diperkuat oleh Model Pembelajaran Kuantum VAK (Visual Auditori dan Kinestetik) yang mewajiban kegiatan pembelajaran haruslah memanfaatkan alat-alat indera, lebih jauh lagi model pembelajaran ini memanfaatkan gaya belajar siswa yang disesuaikan dengan kenyamanan setiap individu siswa. Bayangkan saja jika kita sebagai siswa dari awal sudah tau kita itu tipe gaya belajar yang mana, mungkin kita akan lebih menghemat waktu dan tenaga dalam mencoba memahami dan mengaplikasikan apa yang kita dapat dari kelas, lebih jauh dari itu karena kita semua memang mempunya kategori kecerdasan yang berbeda-beda, seperti yang yang dibilang oleh Howard Gardner, tentang Multiple Intelegence.

pic : http://suononline.pbworks.com/f/1350500679/multiple_intelligence_wheel.jpg

Setiap individu dilahirkan secara unik, individu terlahir dengan perbedaan, begitu pula dengan minat dan kategori kecerdasan, setidaknya setiap individu mempunyai 1 kategori kecerdasan akan tetapi kebanyakan terlalu dipaksakan dalam hal-hal yang belum tentu disukai.

Untunglah sekarang zaman digital, zaman dimana apapun dapat diakses secara mudah dan cepat termasuk pembelajaran, media-media pembelajaran elektronik atau e-learning banyak dikembangkan dan dimanfaatkan, e-learning banyak diteliti, bahkan tidak sedikit pula e-learning dijadikan solusi bagi pendidikan pada masa kini. E-learning pun tidak serta merta berjalan dengan mulus, permasalahan banyak terjadi baik dari segi infrastruktur dan konten dari E-learning itu sendiri. Konten E-learning diidentikan dengan konten yang bersifat self learning, modul dan interaktif.

Pembelajaran personal / personalized learning mengambil peranan dalam era E-learning sekarang ini, atau bahasa trendnya itu pembelajaran abad 21. Personalize Learning itu sendiri adalah  proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa yang berbeda-beda dengan menggunakan teknologi informasi. Beberapa contoh dari pembelajaran personal adalah waktu dan lokasi belajar yang fleksibel, materi kuliah digital yang dapat diputar berulang kali, kecepatan berbicara yang dapat disesuaikan, serta analisa hasil belajar dan rekomendasi topik yang harus dipelajari ulang. Pembelajaran personal akan membantu meningkatkan daya serap siswa dan hasil belajar akhir.

Jennifer Nichol mengagags Pembelajaran abad 21 setidaknya mempunyai 4 prinsip pokok pembelajaran, yaitu :

1.  Instruction should be student-centered

Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.

2. Education should be collaborative

Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.

3. Learning should have context

Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.

4. Schools should be integrated with society

Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

pic : http://www.edison.k12.nj.us/cms/lib2/NJ01001623/Centricity/Domain/1920/Ed%20tech.jpg

Pada aplikasinya pendidikan dan pembelajaran abad 21 membutuhkan teknologi informasi (TIK) sebagai alat untuk mendukung terciptanya proses belajar mengajar, setidaknya ada dua peranan TIK dalam pembelajaran abad 21,

  1. TIK digunakan untuk membangun pengetahuan ( Knowledge Construction )
  2. TIK digunakan untuk menciptakan sebuah produk ( Create Product )


TIK untuk membangun pengetahuan ( Knowledge Contruction )

Membangun sebuah pengetahuan dapat dilakukan dengan mentafsirkan, menganalisa,memadukan dan menilai sehingga menghasilkan sebuah ide dan pemahaman baru. TIK dapat membantu untuk mengarahkan murid mendapatkan hal tersebut.
Misalnya, murid-murid menggunakan program pengolah data untuk menganlisa hasil sebuah percobaan atau kuesioner.

TIK digunakan untuk menciptakan sebuah produk ( Create Product )
TIK juga dapat digunakan oleh murid untuk menciptakan sebuah produk. Produk ini bukan sekadar produk tetapi produk yang dihasilkan tersebut diharapkan mampu memberi solusi atas permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Dari yang dipaparkan sebelumnya, bisa disimpulkan bahwa Personlized Learning atau pembelajaran personal berkaitan erat atau bahkan sangat membutuhkan peranan TIK dalam pengaplikasiannya. TIK memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan model pembelajaran tersebut, tentu saja dalam pengaplikasiannya khususnya di sekolah membutuhkan seorang ahli fungsional Teknologi Pendidikan sebagai orang yang mampu untuk membuat dan merancang serta mengevaluasi kelayakan dari media yang akan dipakai dalam pembelajaran.

pic : http://p8cdn4static.sharpschool.com/UserFiles/Servers/Server_52793/Image/Directory/Class%20Pages/6th%20Grade/6th%20Grade%20Educational%20Technology/edutech-green1.jpg

Sumber :

  1. http://edglossary.org/personalized-learning/
  2. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132318574/Dilema%20dan%20Tantangan%20Pembelajaran%20Elearning%20ok.pdf
  3. http://www.teachthought.com/learning/4-essential-rules-of-21st-century-learning/
  4. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-mukminan/ba-28-mkltp-unnesatantangan-pddk-di-abad-21.pdf
  5. http://www.p4tksb-jogja.com/images/WI/Pendidikan%20Abad%2021%20dan%20Implementasinya%20pada%20Pembelajaran%20di%20SMK%20untuk%20Paket%20Keahlian%20Desain%20Interior.pdf
  6. http://harukaedu.com/kuliah-online/artikel/2/proses-belajar-kuliah-online
  7. http://www.estupitarto.com/2014/11/inilah-peran-tik-dalam-pembelajaran.html

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.